JAKARTA – Mengangkat tema Memantapkan Perekonomian Indonesia 2016, Harian Kompas kembali menggelar diskusi tahunan yang melibatkan Chief Executive Officer (CEO) dari 100 perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan tergabung dalam Indeks Kompas100.
Tak hanya melibatkan para pimpinan perusahaan, Kompas100 CEO Forum yang digelar di Jakarta Convention Center ini, juga mengundang kalangan pemerintah sebagai narasumber maupun peserta. Acara dibuka oleh keynote speech dari Menteri PPN/Kepala Bappenas, Sofyan Djalil yang menyampaikan kerangka ekonomi membangun negeri.
CEO Alfamart, Anggara Hans Prawira mengungkapkan, forum ini memberikan pemahaman dan latar belakang yang jelas mengenai kondisi ekonomi Indonesia saat ini dan tahun depan. “Saya rasa ini kesempatan yang baik untuk berdiskusi, dalam menghadapi kondisi perekonomian di tanah air,” ujar Hans di sela acara, Kamis (26/12/2015).
Hans optimistis industri ritel bisa bertahan menghadapi krisis. Pasalnya, 55 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia berasal dari konsumsi lokal. Itu artinya, industri ritel dapat dikembalikan ke sana.
Saat ini tingkat konsumsi lokal 2015 memang turun karena kenaikan harga bahan pangan, kenaikan utility bills (listrik, air, dan gas) yang menjadi beban rumah tangga, serta rupiah yang juga melemah. Namun, Hans melihat, situasi itu bisa dikoreksi hingga akan berbalik.
Selama 2015, lanjutnya, banyak regulasi kementerian yang membuat konsumsi turun dan para peritel tidak bisa berekspansi, otomatis penetrasi produk dan distribusi produk berhenti. “Ada beberapa strategi dalam menghadapi krisis. Pertama, Semua ritel harus detail. Karena margin tipis sekali, maka harus hati-hati jangan salah perhitungan. Kedua, pengetahuan ritel harus di permodern,” tuturnya.
Peritel harus menguasai kemampuan supply chain management. Peritel harus punya sistem mengelola data-data suply chain, stok, baik didistribution center maupun di toko. Peritel juga harus kompeten di bidang merchandising skill dan strategi pricing.
“Artinya, pasokan barang ke gerai-gerai harus lancar, dari sisi promosi harus juga sesuai kebutuhan pasar. Selain itu, varian produk dan layanan yang kami berikan juga harus lengkap, sesuai kebutuhan dan keinginan konsumen. Ujungnya, ini membuat konsumen menjadi loyal,” paparnya.
Yang pasti, Alfamart tidak mau lengah. Hal utama yang harus diperhatikan adalah memberikan layanan yang berkualitas kepada konsumen. Konsumen harus memperoleh produk yang dibutuhkan dengan harga yang sesuai serta pelayanan memuaskan. Ini mutlak karena bisnis ritel adalah bisnis yang langsung berhadapan dengan konsumen.
Menurutnya, kondisi sekarang harus benar-benar memahami kebutuhan konsumen dan perilaku belanjanya, memberikan pelayanan prima, serta meningkatkan efisiensi bisnis agar ruang yang ada dapat dimaksimalkan penggunaanya. “Hal ini sesuai dengan inti bisnis ritel, yakni pelayanan dan efisiensi,” ungkap Hans.
Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Perindustrian Saleh Husin, serta Gubernur BI Agus Martowardojo.
Sebagai informasi, saham-saham yang terpilih dalam indeks Kompas100, selain memiliki likuiditas yang tinggi serta nilai kapitalisasi pasar yang besar, juga merupakan saham-saham yang memiliki fundamental dan kinerja yang baik.
Saham-saham yang termasuk dalam Kompas100 diperkirakan mewakili sekitar 70 hingga 80 persen dari total Rp 1,582 triliun nilai kapitalisasi pasar seluruh saham yang tercatat di BEI. Dengan demikian, diharapkan investor bisa melihat kecenderungan arah pergerakan indeks dengan mengamati pergerakan indeks Kompas100.